Artikel Terpopuler

KEADAAN BANGSA ARAB JAHILIYAH : SOSIAL, ETIKA DAN AGAMA (حياة العرب )

Terjemahan dari Buku Adab wa Nossus (الأدب والنصوص : لغير الناطقين بها) Juz Pertama Halaman 2-3. 
Orang Arab Jahiliyah terbagi menjadi dua bagian : Penduduk Desa dan Penduduk Kota. 
a.       Masyarakat Desa, mereka merupakan penduduk terbanyak yang mendiami Jazirah Arab. Namun kehidupan mereka nomaden, selama mereka mengikuti arah air dan tepi sungai.  Untuk kebanyakan, hubungan antar kabilah diikat dengan hubungan permusuhan, Peperangan menjadi makanan mereka sehari-hari, maka berkembanglah sifat saling balas dendam, paceklik datang lahirlah sifat dermawan, peperangan datang sifat keberanianlah yang berkembang dan kuatlah sifat fanitime kesukuan. Keadaan inilah banyak Puisi-puisi Arab bertemakan tentang kepahlawanan.
b.      Masyarakat Kota, mereka merupakan penduduk kota yang sudah menetap; mata pencahariannya pedagangan, pertanian dan kerajinan. Diantara mereka ada yang mendiami kota-kota Hijaz yaitu Mekkah, Yatsrib (Madinah) dan Thaif. Orang-orang Quraisy menghabiskan waktunya untuk perdagangan dikarenakan letak georafis yang jauh jarak antara Syam dan Yaman, sebagaimana menghabiskan waktunya beribadah untuk menghormati Ka’bah. Pada Musim Haji merupakan kesempatan bagi mereka untuk mendirikan toko-toko di pasar ( Ukkadh, dzu al-majannah, dan dzu al-Majaaz). Di Pasar-pasar ini, mereka berbagi pikiran, puisi-puisi dan pidato-pidato, yang mempengaruhi perkembangan Bahasa dan dialek Arab antar kabilah-kabilah Quraisy. Kondisi ini berlangsung sampai turunnya al-Quran ketika lahirnya Islam.
Orang Arab memiliki  etika-etika mulia yang diterima oleh Agama Islam, namun terdapat juga kebiasaan-kebiasaan buruk yang ditolak. Diantara beberapa etika yang mulia : jujur, menepati janji, tolong menolong, keberanian dan dermawan…. Adapun Kebiasaan-kebiasaan buruk mereka yang paling keji adalah perang, fanatic kesukuan, dan mengubur anak perempuan. Terdapat juga kebiasaan buruk yang lain yaitu minum minuman keras dan berjudi.
Mayoritas Orang arab menganut paham animisme (الوثني) yang beribadah pada berhala, sebagian beribadah pada matahari dan bulan. Sedikit yang beragama Kristen dan Yahudi, serta sisanya beribadah kepada Allah dengan akal. Keadaan ini berlangsung selama Akhir Masa Jahiliyah sampai kita menemukan pemikiran Tuhan Yang Esa, khusus bagi sebagian golongan menamakannya monoteis (الحنفاء) .   Golongan ini meragukan paham animisme yang berkembang, dan membuatlah agama baru yang menuntun kehidupannya. Golongan Monoteis ini bukan hanya di Mekkah saja, namun mereka tersebar di kabilah-kabilah, diantanya : Qis bin Saa’idah al-Abaadi, Abu Dzar al-Ghifari, dan Umiyah bin Abu al-Shalt. Dan besar kemungkinan terdapat orang-orang Arab Jahiliyah yang tidak menyukai minuman keras dan berjudi seperti Abdul al-Muthallib bin Haasyim, Qais bin ‘Aashim al-Tamimi, dan Hundulah al-Raahib.
Pemikiran mereka dilandasi dari keraguan pada kehidupan beragama, ini melekat dan menguatkan bahwa atheis jahiliyah dapat menimbulkan kerusakan, maka terpancarlah cahaya Islam, lalu terbebaslah bangsa Arab dan mereka masuk Islam dengan berbondong-bondong.[1]
1Syauqi Dlaif, Tarikh al-Adab al-’Arabi. Juz 1 (Kairo : Dar al-Ma’arif, 78-1976 M). Hal. 96-97.

comment 0 Komentar Anda:

Posting Komentar

Terima Kasih dengan Komentar Anda

 
Copyright ©2011 SastraArab | Powered by blogger